KATA UNTUK KITA
Terlihat dua orang tengah duduk, terdiam tetapi saling berhadapan. Entah apa yang sedang dipikirnya, sehingga mereka membiarakan kondisi sunyi diantara ramainya café airport siang ini.
Setelah merasa cukup dengan keheningan ini, laki-laki itu terlihat mengambil selembar tisu dan pulpen yang ada dikemejanya, kemudian ia menuliskan kata disana. Setelah tangannya selesai menulis, ia menyodorkan tisu itu pada gadis dihadapannya.
“Selembar tisu yang menyatakan kata untuk kita.” Ucap laki laki itu
dengan senyum bangga, akhirnya ia bisa memecahkan keheningan, sejak kedatangan
dirinya untuk menemui gadis ini.
Gadis itu memicingkan matanya menatap tisu tersebut. Satu hal yang
tidak ia mengerti, untuk apa laki laki dihadapannya ini menemuinya dengan
seragam sekolah yang sudah banyak coretan seperti ini, dan menulis kata yang
seharusnya tak ada diantara mereka.
Gadis yang diketahui bernama
Kinan itu menatap laki laki dihadapannya dengan menaikkan satu alisnya.
Ia menatap laki laki yang sempat menanamkan rasa cinta, lalu tak lama ia meninggalkan goresan luka yang cukup dalam dihatinya. kini untuk apa dia
menemuinya, saat dirinya ingin menyudahi cerita ini.
“buat apa?” Taksa, nama laki laki itu terlihat menghela nafasnya gusar,
saat mendengar dua kata itu muncul dari bibir manis Kinan.
Sesuatu yang tulus terpancar dimata Taksa saat ia menatap dalam mata
sayu Kinan. Ia tau ia bodoh, dirinya tau itu. Namun apa ia salah, untuk mencoba
memperbaikinya lagi?.
Taksa meraih tangan kinan, yang membuat sang empu terlonjak kaget, ia
menggenggam tangan Kinan dengan erat seakan ia tak mau jika gadis ini
meninggalkannya.
“gue tau semua Na, gue tau tentang satu kata yang selalu lo simpen,
dan itupun selalu buat lo sakit.”
Kinan masih diam dengan segalanya, ia berusaha melepas genggaman
tangan dari Taksa.
Dirinya hanya tak mau jika
pertahanan yang selama ini ia bangun runtuh dengan sikap Taksa hari ini. Ia
tak mau jika kepergiannya harus menanamkan luka yang lebih dalam lagi untuk
mereka.
2 tahun yang lalu, saat dimana pertama kali mereka bertemu, di gedung sekolah,
dan kelas yang sama. Berbagai pengalaman yang telah mereka lewati bersama teman
temannya. Kisah anak SMA, bercanda, bolos bersama, travelling, dan berbagai cerita
cerita tentang mereka, hingga salah satu diantaranya merasakan perasaan aneh yang selalu dimiliki oleh para remaja pada lawan jenisnya.
Kinan menyadari itu, tapi tidak dengan Taksa, yang lebih memilih
bersama dengan sahabatnya sendiri.
Jika dilihat kembali, perasaan itu juga muncul karena sikap Taksa.
Sikap perhatiannya pada Kinan, dan dia selalu membuat debaran di hati Kinan dengan
sikap manisnya.
Jika sudah seperti itu, apa Kinan salah menaruh hatinya pada seorang
Taksa?
Tangannya kini masih berusaha untuk melepaskan genggaman erat laki
laki itu, hingga suara lirihan Taksa berhasil menghentikan aksinya.
“biarin gue genggam tangan lo untuk hari ini Nan. Gue mau semua isi
hati kita, semua kesalah pahaman ini berakhir sampai titik ini.”
Kinan menghela nafas pasrah. Tidak habis fikir dengan sikap plin plan dari laki laki ini.
“Sa ini salah, ini gak seharusnya terjadi,”
“tapi ini harus Na,” Ucap Taksa lantang yang membuat ia bungkam. Kinan
menggelengkan kepalanya pelan, menahan apa yang akan turun dari kelopak
matanya.
“lo masih pacarnya Rena, kalo lo lupa”. Giliran Taksa yang bungkam, fikiranya
sekarang mumet, ia tak tau harus berkata apa lagi, namun entah dari mana datangnya, ia malah mengucapkan kata ini.
“gue bakal putusin Rena demi kata yang mewakili perasaan gue”. Ujarnya
yakin yang sukses membuat gadis dihadapannya membuka mulutnya kaget bukan
main.
“lo gila Sa?”
“iya gue gila Na, gue gila saat tau lo juga punya perasaan yang sama,
sama gue, gue gila karena saat itu terjadi, lo malah milih pergi dari sisi
gue.” Terang Taksa yang membuat hati Kinan perih, seperti ditusuk seribu duri. Kinan
hanya berharap satu hal, bahwa ini hanyalah mimpi bukan kenyataan.
“apa salah gue egois? dengan perasaan yang sudah lama melekat dihati
gue?” lirihnya yang berhasil membuat tenggorokan Kinan tercekat.
Pikirannya sekarang sedang berproses, mencerna setiap kata kata yang
Taksa ucapkan. Pikirnya kembali saat dimana Taksa mengatakan bahwa, dia sudah
berhasil memenangkan hati Rena dan Rena sudah menerima cinta-nya.
Namun hari ini bisa-bisanya Taksa menyatakan perasaannya yang memang
dulu ada untuknya. Kenapa baru sekarang coba? Kenapa gak dari awal aja?.
Setidaknya jika ia mengakatan kalimat itu dari awal, ia tak perlu lagi
menyembunyikan satu kata yang mampu membuat hatinya sakit.
Ia mengangkat tangan satunya
lalu ia taruh di atas tangan Taksa, sedetik kemudian ia melepas genggaman
tangan Taksa dari tangannya.
“kenapa baru sekarang? Kenapa gk dari awal aja?” lirih Kinan
mengeluarkan isi hatinya.
“karena gue baru menyadari itu Na. gue mohon sama lo, jangan pergi
ya?”
“temenin gue disini, kita ulangi dari awal.” Ujar Taksa memelas.
“semua udah terlambat,”
“ga ada kata terlambat Na,” potong Taksa. Kinan menggelengkan
kepalanya, sungguh ia tak menengerti dengan jalan pikir laki laki ini.
“Sa, gue cuma gk mau jadi antagonis dihubungan kalian, gue gak mau
hanya karna gue hubungan lo sama Rena hancur.
Gue juga gak mau jadi
Protagonis yang sok tegar, apalagi selalu menjadi yang disakiti dan
berpura-pura ikhlas dengan hubungan kalian. Kalo boleh jujur, gue nggak ikhlas Sa.
Kalo mau, gue bisa aja jadi
antagonis, tapi gue gak sejahat itu sama sahabat gue sendiri. Gue cuma ingin
buat titik di kalimat ini, agar ceritanya gak berantakan bahkan hancur.
Maka itu, gue milih pergi dari pada ngehancurin kisah semua orang, termasuk kisah gue sendiri.” Jelas Kinan, ia masih mati-matian menahan air matanya agar tidak turun.
Terdengar helaan nafas gusar dari Taksa.
“setelah titik itu apa lo bakal buat kata baru diantara kita?” Kinan
tersenyum kecut mendengar perkataan Taksa, ia tak yakin dengan itu semua.
“gue juga gak tau, apa bakal ada kata baru yang muncul nanti atau
nggak? yang jelas gue harus pergi.” Jelas Kinan setelah ia melirik jam dilayar
hpnya. Ia bangkit dari tempat duduknya kemudian ia menggenggam pegangan koper
yang ada disampingnya.
Belum sempat Kinan melangkahkan kakinya, dengan cepat Taksa menarik
tangan Kinan dan mendekapnya dalam pelukan, seketika pertahanan Kinan agar
tidak menangis kini hancur. Taksa memeluk erat badan Kinan yang sudah terisak.
Tangan Kinan tak membalas pelukannya membuat dirinya makin hancur.
“gue bakal nunggu kata selanjutnya dari lo Na, sampai kapanpun gue
bakal nunggu lo.” Lirih Taksa, Kinan kini mengangkat satu tangannya kemudian ia
mengusap pelan pundak Taksa.
Dengan perlahan Kinan melepas pelukannya, kemudian ia mengusap air mata yang
jatuh dipipinya.
“kata cinta buat ngewakilin perasaan gue saat ini buat lo Na, dulu gue
emang payah, gk bisa ngertiin perasaan gue sendiri. Tapi, sekarang gue sadar
apa yang hati gue pengen.” Ucap Taksa tulus, Kinan pun tersenyum getir.
“gue gak tau berapa lama gue bakal pergi, gue juga gak akan pernah tau
setelah titik yang gue kasih akan berlanjut atau enggak, yang gue tau saat ini
adalah kata terakhir untuk kita.” Ucapan Kinan menggantung, ia menarik nafasnya
dalam,
Hening kembali untuk beberapa saat, kemudian,
“perpisahan.” Ujarnya tersenyum kecut. Entahlah sudah berapa kali
mereka menyakiti perasaannya dengan setiap kata yang mereka lontarkan. Berharap
ini berakhirpun akan sia-sia, hati mereka saling bertaut, dan terlalu kekeh
dengan perasaannya masing-masing.
“tapi gue bakal tetep nunggu lo.” Lontar Taksa, senyuman pahit dari
Kinan pun tak pernah luntur dari bibirnya.
“semoga berhasil.” Ucap Kinan menatap bola mata Taksa, tatapan mata
mereka pun memancarkan keperihan.
“gue pergi,” dua kata terakhir yang mampu membuat dunia Taksa hancur
sehancur-hancurnya,
hatinya benar benar perih senyuman pahit gadis itu, menghantarkan kepergiannya dari sisi Taksa.
Ini bukanlah akhir cerita yang ia inginkan, dirinya
menginginkan Kinan selalu ada disisinya, bukan pergi seperti ini.
Kini, Taksa mulai menyadarinya lagi. Bahwa titik yang
diberikan kinan, bukanlah titik biasa. Dirinya mulai takut, jika titik itu, tidak
akan memberikan kata untuk kita, melainkan hanya sebuah titik biasa, yang
mengakhiri suatu cerita. Taksa benar-benar takut sekarang.
Dah.
Abis.
Komentar
Posting Komentar